KULINER
Diposting oleh
Uus Saputra
di
11.30
Soto Kediri adalah sebuah masakan khas dari Kota Kediri.
Sekilas soto ini seperti soto ayam biasa, tapi soto ini memiliki cita
rasa yang gurih dan nikmat serta sedap yang tidak bisa ditemui pada soto
ayam lain. Perbedaan terbesar Soto Kediri dengan soto ayam biasa,
terletak pada kuah sotonya. Kuah pada Soto Kediri dikasih santan sehingga rasa gurihpun tercipta.
Soto Kediri bisa ditemui di warung – warung yang ada di kota Kediri, Terutama di kawasan Terminal Tamanan, kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Jadi jika anda bepergian naik bus, tidak ada salahnya anda turun di Terminal Tamanan yang berada di kota Kediri. Terminal ini juga dekat dengan tempat wisata, yaitu Gua Maria Lourdes, Puh Sarang – Kediri; Kompleks Pertapaan Goa Selomangleng
Lumpia semarang adalah makanan semacam rollade yang berisi rebung, telur, dan daging ayam atau udang.
Cita rasa lumpia semarang adalah perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia karena pertama kali dibuat oleh seorang keturunan Tionghoa yang menikah dengan orang Indonesia dan menetap di Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini mulai dijajakan dan dikenal di Semarang ketika pesta olahraga GANEFO diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Aliran keempat adalah sejumlah bekas pegawai lumpia Jalan Pemuda, dan aliran kelima adalah orang-orang dengan latar belakang hobi kuliner yang membuat lumpia dengan resep hasil pembelajaran dari lumpia yang sudah beredar.
Generasi tertua saat ini, yaitu generasi ketiga Siem Swie Kiem (68), tetap setia melayani konsumennya di kios warisan ayahnya (Siem Gwan Sing) di Gang Lombok 11. Keistimewaan lumpia Gang Lombok ini menurut sejumlah penggemarnya yang sempat ditemui di kios tersebut adalah racikan rebungnya tidak berbau, juga campuran telur dan udangnya tidak amis.
Lumpia buatan generasi keempat dapat kita peroleh di kios lumpia Mbak Lien alias Siem Siok Lien (43) di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran. Mbak Lien meneruskan kios almarhum ayahnya, Siem Swie Hie, yang merupakan abang dari Siem Swie Kiem, di Jalan Pemuda (mulut Gang Grajen) sambil membuka dua cabang di Jalan Pandanaran.
Kekhasan lumpia Mbak Lien ini adalah isinya yang ditambahi racikan daging ayam kampung. Ketika awal mula meneruskan usaha almarhum ayahnya, Mbak Lien membuat tiga macam lumpia, yaitu lumpia isi udang, lumpia isi ayam (untuk yang alergi udang), dan lumpia spesial berisi campuran udang serta ayam. Tetapi, karena merasa kerepotan dan apalagi kebanyakan pembeli suka yang spesial, sekarang Mbak Lien hanya membuat satu macam saja, yaitu lumpia istimewa dengan isi rebung dicampur udang dan ayam.
Adapun generasi keempat lainnya, yaitu anak-anak dari almarhum Siem Hwa Nio (kakak perempuan dari Siem Swie Kiem) meneruskan kios ibunya di Jalan Mataram (Jalan MT Haryono) di samping membuka kios baru di beberapa tempat di Kota Semarang. Di antara anak-anak almarhum Siem Hwa Nio ini ada juga yang membuka cabang di Jakarta. Bahkan ada cucu almarhum Siem Hwa Nio sebagai generasi kelima membuka kios lumpia sendiri di Semarang.
Selain keluarga-keluarga leluhur pencipta lumpia semarang tersebut, sekarang banyak juga orang-orang ”luar” yang membuat lumpia semarang. Mereka umumnya mantan karyawan mereka. Mereka yang mempunyai hobi kuliner juga turut meramaikan bisnis lumpia semarang dengan membuat lumpia sendiri, seperti Lumpia Ekspres, Phoa Kiem Hwa dari Semarang International Family and Garden Restaurant di Jalan Gajah Mada, Semarang.
Harga lumpia yang dijual para pedagang tersebut berbeda-beda. Kios lumpia Gang Lombok milik Siem Swie Kiem, misalnya, menjual dengan harga Rp 10.000 per biji (goreng/basah). Kios di Jalan Pemuda milik Mbak Lien menjual dengan harga Rp 8.000 per biji. Sedangkan pedagang-pedagang lumpia lain menjual dengan harga sekitar Rp 7.000 per biji.
Serabi Solo, Serabi Notosuman
Di kota Asalnya, Solo, Jawa Tengah, Serabi Solo Notosuman sudah sangat melegenda. Untuk menikmati sepotong kue serabi, Anda musti antri dari jam 3 pagi. Lewat dari jam tersebut, serabi sudah mulai habis.
Tapi sekarag Anda tak perlu antri lagi dari jam 3 pagi untuk membeli serabi Notosuman. Bahkan Anda tak perlu jauh-jauh datang ke kota Solo. Untungnya serabi Notosuman buka cabang di Jakarta (BSD Tangerang) dan Suryakencana (Bogor).
Serabi Solo Notosuman diambil dari nama Jalan Notosuman (kini M. Yamin-red). Perintisnya adalah pasangan Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan yang membuat kue apem pada tahun 1923. Awalnya, pasangan ini diminta oleh tetangganya untuk membuat kue apem. Lama-kelamaan banyak yang suka. “Akhirnya buyut saya membuat serabi. Usaha ini lalu diteruskan oleh anak dan cucunya,” kata Roni, salah satu penerus usaha kue serabi.
Empat Generasi
Roni sendiri merupakan generasi keempat dari usaha keluarga yang diwariskan secara turun temurun. “Buyut saya merupakan perintis pembuat kue serabi di kota Solo,” kata Roni dengan bangga. Salah satu ciri khas kue serabi Notosuman, mereka tetap menumbuk sendiri beras untuk mebuat kue serabi. Berasnya, mereka menggunakan beras Cendani, semacam beras Cianjur dengan kualitas terbaik. Karena itulah, soal citarasa serabi Notosuman tetap konsisten, tidak berubah sejak pertama kali dibuat. “Kualitas rasa memang selalu jadi perhatian kami untuk tetap kami jaga terutama rasa gurihnya,” papar Roni. Serabi Notosuman dibuat dari tepung beras, pandan, vanilla, gula, santan kelapa dan garam. Serabi masih menggunakan bahan-bahan tradisional. Karena itulah, serabi Notosuman hanya bisa bertahan satu hari. “Soalnya kita tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali,” tuturnya.
Tetap Konsisten Dua Rasa
Jika tempat lain, untuk mengikuti selera pasar banyak membuat serabi dengan rasa yang beraneka ragam seperti rasa nangka, strawberry, pandan, keju, dan sebagainya. Serabi Notosuman dari dulu berdiri hingga kini hanya memiliki dua rasa, polos dan coklat. Beda serabi polos dengan coklat terletak pada coklat meisis yang ditabur di atas serabi. Untuk serabi polos harganya Rp 2.200/potong. Sementara serabi coklat Rp 2.400/potong. Ada pun rasa dasar serabi tetap, sedikit asin dan gurih. Soal ini, Roni mengatakan, mereka ingin menjaga identitas yang sudah dirintis dari nenek buyut mereka. “Ciri Khas Serabi Notosuman adalah serabi polos dan coklat. Ini sudah ada sejak dari dulu,” kata Roni.
Serabi Dibungkus Daun Kelapa
Pernah, kata Roni, ia coba membuat serabi dengan rasa nangka. Tapi sayangnya, rasa nangka lebih dominan dibandingkan. “Orang jadi seperti makan nangka daripada serabi,” ujarnya. Akhirnya, niatnya untuk membuat rasa nangka urung dilakukan. Jika dalam rasa, mereka tetap mempertahan “pakem” lama mereka. Dalam pengemasan, serabi Notosuman sedikit melakukan modifikasi. Serabi dibungkus daun kelapa seperti lemper. Menurut Roni, kue serabi digulung daun kelapa malah lebih mudah makannya. “”Tangan tidak belepotan dan lengket ditangan. Buat acara-acara juga lebih praktis,” kata Roni.
ASAL USUL MARTABAK
Martabak adalah sejenis makanan khas dari negeri India sejak dahulu hingga sekarang. Di Indonesia ada dua jenis martabak.
Pertama adalah martabak telor, yang kedua adalah martabak terang bulan atau biasa disebut martabak manis.
Di India martabak, susunannya adalah sebagia berikut :
Adonan tepung terigu yang dibentuk sebesar telur bayam, dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng, setelah membentuk ukuran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi telur/kentang dan digoreng. Setelah itu dihidangkan dengan kare kambing/gulai. Itulah aslinya martabak telur atau di India disebut moortaba.
Di negeri India, makanan lain sejenis martabak telur adalah : Nan, Roti Cane, Chappaty, Purata, Poory, Samosa. Makanan-makanan teresbut masuk pada kategori makanan sedang/ringan. Dan bisa juga menjadi menu makanan utama disana.
Kemudian bagaimana dengan martabak terang bulan/martabak manis ? jenis ini baik bentuk, isi dan rasanya sama sekali tidak ditemukan di negeri India. Makanan yang rasanya manis ini, adalah sejenis roti/kue manis â cake atau pasta. Yang di hidangkan sebagai sarapan pagi /santai bersama minum kopi atau teh maupun teh susu atau âChaaâ yang biasa juga disebut di Malaysia namanya Teh Tarik.
.
ASAL USUL MARTABAK DARI LEBAKSIU
Pada sekitar awal tahun 1930-an, beberapa pemuda asal daerah lebaksiu kabupaten Tegal mengadu nasib dengan berjualan makanan atau mainan anak-anak pada setiap ada perayaan di kota-kota, seperti kota Semarang. Di kota inilah salah seorang pemuda yang bernama Ahmad bin Kyai Abdul Karim berkenalan dengan seorang pemuda berasal dari negeri India bernama Abdullah bin Hasan Almalibary.
Dari hasil persahabatan mereka, maka Abdullah diajaklah berkunjung ke kampung halaman Ahmad di desa Lebaksiu kidul kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Abdullah berkenalan dengan adik perempuan Ahmad yang bernama Masni binti Kyai Abdul Karim.
Kemudian Abdullah mempersunting Masni adik perempuan Ahmad pada tahun 1935. Abdullah atau biasa disebut Tuan Duloh adalah seorang saudagar/pengusaha pada zaman itu. Salah satu keahlian Abdullah adalah membuat makanan yang terbuat dari adonan terigu yang bernama Martabak.
Didalam kisah perjalanan Abdullah ini, dari beberapa narasumber baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup diantaranya : Abdul Wahid bin Kyai Abdul Karim 85 tahun, Mawardi bin Kyai Abdul Karim 80 tahun, H. Abdul Kadir Bayasut 80 tahun (keturunan Arab), H. Katikaren Abdul Kadir 80 tahun (keturunan India), dan beberapa tokoh-tokoh lainnya membenarkan kisah tersebut diatas.
Adalah suatu kenyataan bahwa martabak yang dibuat oleh Abdullah, sangat berbeda dengan martabak yang aslinya dari India.
.
Susunan Bahan Dasar Martabak Telor.
Adonan tepung terigu yang dibentuk bulat sebesar telur ayam, kemudian dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng. Setelah membentuk lingkaran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi dengan campuran telur, sayuran, irisan-irisan kecil daging yang telah dimasak dengan bumbu-bumbu. Kemudian digoreng, dan kemudian bisa langsung dihidangkan tanpa kare kambing/gulai.
Dialah salah satu diantar pemuda-pemuda India yang berhasil membuat perubahan atau modifikasi Martabak dari aslinya. Menurut narasumber hal ini disesuaikan dengan cita rasa maupun kebiasaan masyarakat di Indonesia khususnya di Tanah Jawa yang pada umumnya gemar makan sayur-sayuran dan tidak terlalu suka mengkonsumsi daging berlebihan. Itulah yang menjadi alasan utama mengapa modifikasi martabak itu terjadi.
Sampai sekarang ini, jenis Martabak telor yang beredar hampir diseluruh pelosok Indonesia, adalah merupakan hasil modifikasi dari yang aslinya.
Martabak terang bulan/martabak manis. Konon menurut kisah disebut terang bulan, karena bentuknya bulat seperti bulan purnama. Martabak manis ini dibuat dengan bahan-bahan dasar adonan tepug terigu, gula, telor, dan lain-lain. Dan dicetak dengan cetakan piring seng dengan ukuran kurang lebih 20 cm dan dipasang tangkai pipa besi. Dipanggang dan digoyangkan diatas bara api, arang kayu, maupun kompor minyak. Sering martabak terang bulan ini disebut juga martabak âgoyangâ. Isi atau bumbu-bumbunya adalah olesan mentega/margarine, susu, selai pepaya, selai nanas, meises, kacang dan lain-lain.
Pada sekitar tahun 1950-an, terjadilah modifikasi baik bentuk maupun ukuran dan rasa martabak manis. Cetakannya terbuat dari besi cor / cor perunggu,cor kuningan dengan ukuran 18/20 cm, 20/22 cm, 22/24 cm, 24/26 cm, 26/28 cm, 28/30 cm. Dengan isi atau bumbu-bumbunya adalah susu, kacang, keju, meises, wijen, kismis, durian, dan lain sebagainya.
Soto Kediri bisa ditemui di warung – warung yang ada di kota Kediri, Terutama di kawasan Terminal Tamanan, kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Jadi jika anda bepergian naik bus, tidak ada salahnya anda turun di Terminal Tamanan yang berada di kota Kediri. Terminal ini juga dekat dengan tempat wisata, yaitu Gua Maria Lourdes, Puh Sarang – Kediri; Kompleks Pertapaan Goa Selomangleng
Lumpia semarang adalah makanan semacam rollade yang berisi rebung, telur, dan daging ayam atau udang.
Cita rasa lumpia semarang adalah perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia karena pertama kali dibuat oleh seorang keturunan Tionghoa yang menikah dengan orang Indonesia dan menetap di Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini mulai dijajakan dan dikenal di Semarang ketika pesta olahraga GANEFO diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Variasi
Dewasa ini, terdapat enam jenis lumpia semarang dengan cita rasa yang berbeda. Pertama aliran Gang Lombok (Siem Swie Kiem), kedua aliran Jalan Pemuda (almarhum Siem Swie Hie), dan ketiga aliran Jalan Mataram (almarhumah Siem Hwa Nio). Ketiga aliran ini berasal dari satu keluarga Siem Gwan Sing–Tjoa Po Nio yang merupakan menantu dan putri tunggal pencipta lumpia Semarang, Tjoa Thay Yoe–Wasih dan yang terakhir adalah lumpia Jalan TanggaMus (Ny. Mechtildis Tyastresna Halim) lumpia nya bulat-bulat dan gurihAliran keempat adalah sejumlah bekas pegawai lumpia Jalan Pemuda, dan aliran kelima adalah orang-orang dengan latar belakang hobi kuliner yang membuat lumpia dengan resep hasil pembelajaran dari lumpia yang sudah beredar.
Generasi tertua saat ini, yaitu generasi ketiga Siem Swie Kiem (68), tetap setia melayani konsumennya di kios warisan ayahnya (Siem Gwan Sing) di Gang Lombok 11. Keistimewaan lumpia Gang Lombok ini menurut sejumlah penggemarnya yang sempat ditemui di kios tersebut adalah racikan rebungnya tidak berbau, juga campuran telur dan udangnya tidak amis.
Lumpia buatan generasi keempat dapat kita peroleh di kios lumpia Mbak Lien alias Siem Siok Lien (43) di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran. Mbak Lien meneruskan kios almarhum ayahnya, Siem Swie Hie, yang merupakan abang dari Siem Swie Kiem, di Jalan Pemuda (mulut Gang Grajen) sambil membuka dua cabang di Jalan Pandanaran.
Kekhasan lumpia Mbak Lien ini adalah isinya yang ditambahi racikan daging ayam kampung. Ketika awal mula meneruskan usaha almarhum ayahnya, Mbak Lien membuat tiga macam lumpia, yaitu lumpia isi udang, lumpia isi ayam (untuk yang alergi udang), dan lumpia spesial berisi campuran udang serta ayam. Tetapi, karena merasa kerepotan dan apalagi kebanyakan pembeli suka yang spesial, sekarang Mbak Lien hanya membuat satu macam saja, yaitu lumpia istimewa dengan isi rebung dicampur udang dan ayam.
Adapun generasi keempat lainnya, yaitu anak-anak dari almarhum Siem Hwa Nio (kakak perempuan dari Siem Swie Kiem) meneruskan kios ibunya di Jalan Mataram (Jalan MT Haryono) di samping membuka kios baru di beberapa tempat di Kota Semarang. Di antara anak-anak almarhum Siem Hwa Nio ini ada juga yang membuka cabang di Jakarta. Bahkan ada cucu almarhum Siem Hwa Nio sebagai generasi kelima membuka kios lumpia sendiri di Semarang.
Selain keluarga-keluarga leluhur pencipta lumpia semarang tersebut, sekarang banyak juga orang-orang ”luar” yang membuat lumpia semarang. Mereka umumnya mantan karyawan mereka. Mereka yang mempunyai hobi kuliner juga turut meramaikan bisnis lumpia semarang dengan membuat lumpia sendiri, seperti Lumpia Ekspres, Phoa Kiem Hwa dari Semarang International Family and Garden Restaurant di Jalan Gajah Mada, Semarang.
Harga lumpia yang dijual para pedagang tersebut berbeda-beda. Kios lumpia Gang Lombok milik Siem Swie Kiem, misalnya, menjual dengan harga Rp 10.000 per biji (goreng/basah). Kios di Jalan Pemuda milik Mbak Lien menjual dengan harga Rp 8.000 per biji. Sedangkan pedagang-pedagang lumpia lain menjual dengan harga sekitar Rp 7.000 per biji.
Serabi Solo, Serabi Notosuman
Di kota Asalnya, Solo, Jawa Tengah, Serabi Solo Notosuman sudah sangat melegenda. Untuk menikmati sepotong kue serabi, Anda musti antri dari jam 3 pagi. Lewat dari jam tersebut, serabi sudah mulai habis.
Tapi sekarag Anda tak perlu antri lagi dari jam 3 pagi untuk membeli serabi Notosuman. Bahkan Anda tak perlu jauh-jauh datang ke kota Solo. Untungnya serabi Notosuman buka cabang di Jakarta (BSD Tangerang) dan Suryakencana (Bogor).
Serabi Solo Notosuman diambil dari nama Jalan Notosuman (kini M. Yamin-red). Perintisnya adalah pasangan Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan yang membuat kue apem pada tahun 1923. Awalnya, pasangan ini diminta oleh tetangganya untuk membuat kue apem. Lama-kelamaan banyak yang suka. “Akhirnya buyut saya membuat serabi. Usaha ini lalu diteruskan oleh anak dan cucunya,” kata Roni, salah satu penerus usaha kue serabi.
Empat Generasi
Roni sendiri merupakan generasi keempat dari usaha keluarga yang diwariskan secara turun temurun. “Buyut saya merupakan perintis pembuat kue serabi di kota Solo,” kata Roni dengan bangga. Salah satu ciri khas kue serabi Notosuman, mereka tetap menumbuk sendiri beras untuk mebuat kue serabi. Berasnya, mereka menggunakan beras Cendani, semacam beras Cianjur dengan kualitas terbaik. Karena itulah, soal citarasa serabi Notosuman tetap konsisten, tidak berubah sejak pertama kali dibuat. “Kualitas rasa memang selalu jadi perhatian kami untuk tetap kami jaga terutama rasa gurihnya,” papar Roni. Serabi Notosuman dibuat dari tepung beras, pandan, vanilla, gula, santan kelapa dan garam. Serabi masih menggunakan bahan-bahan tradisional. Karena itulah, serabi Notosuman hanya bisa bertahan satu hari. “Soalnya kita tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali,” tuturnya.
Tetap Konsisten Dua Rasa
Jika tempat lain, untuk mengikuti selera pasar banyak membuat serabi dengan rasa yang beraneka ragam seperti rasa nangka, strawberry, pandan, keju, dan sebagainya. Serabi Notosuman dari dulu berdiri hingga kini hanya memiliki dua rasa, polos dan coklat. Beda serabi polos dengan coklat terletak pada coklat meisis yang ditabur di atas serabi. Untuk serabi polos harganya Rp 2.200/potong. Sementara serabi coklat Rp 2.400/potong. Ada pun rasa dasar serabi tetap, sedikit asin dan gurih. Soal ini, Roni mengatakan, mereka ingin menjaga identitas yang sudah dirintis dari nenek buyut mereka. “Ciri Khas Serabi Notosuman adalah serabi polos dan coklat. Ini sudah ada sejak dari dulu,” kata Roni.
Serabi Dibungkus Daun Kelapa
Pernah, kata Roni, ia coba membuat serabi dengan rasa nangka. Tapi sayangnya, rasa nangka lebih dominan dibandingkan. “Orang jadi seperti makan nangka daripada serabi,” ujarnya. Akhirnya, niatnya untuk membuat rasa nangka urung dilakukan. Jika dalam rasa, mereka tetap mempertahan “pakem” lama mereka. Dalam pengemasan, serabi Notosuman sedikit melakukan modifikasi. Serabi dibungkus daun kelapa seperti lemper. Menurut Roni, kue serabi digulung daun kelapa malah lebih mudah makannya. “”Tangan tidak belepotan dan lengket ditangan. Buat acara-acara juga lebih praktis,” kata Roni.
ASAL USUL MARTABAK
Martabak adalah sejenis makanan khas dari negeri India sejak dahulu hingga sekarang. Di Indonesia ada dua jenis martabak.
Pertama adalah martabak telor, yang kedua adalah martabak terang bulan atau biasa disebut martabak manis.
Di India martabak, susunannya adalah sebagia berikut :
Adonan tepung terigu yang dibentuk sebesar telur bayam, dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng, setelah membentuk ukuran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi telur/kentang dan digoreng. Setelah itu dihidangkan dengan kare kambing/gulai. Itulah aslinya martabak telur atau di India disebut moortaba.
Di negeri India, makanan lain sejenis martabak telur adalah : Nan, Roti Cane, Chappaty, Purata, Poory, Samosa. Makanan-makanan teresbut masuk pada kategori makanan sedang/ringan. Dan bisa juga menjadi menu makanan utama disana.
Kemudian bagaimana dengan martabak terang bulan/martabak manis ? jenis ini baik bentuk, isi dan rasanya sama sekali tidak ditemukan di negeri India. Makanan yang rasanya manis ini, adalah sejenis roti/kue manis â cake atau pasta. Yang di hidangkan sebagai sarapan pagi /santai bersama minum kopi atau teh maupun teh susu atau âChaaâ yang biasa juga disebut di Malaysia namanya Teh Tarik.
.
ASAL USUL MARTABAK DARI LEBAKSIU
Pada sekitar awal tahun 1930-an, beberapa pemuda asal daerah lebaksiu kabupaten Tegal mengadu nasib dengan berjualan makanan atau mainan anak-anak pada setiap ada perayaan di kota-kota, seperti kota Semarang. Di kota inilah salah seorang pemuda yang bernama Ahmad bin Kyai Abdul Karim berkenalan dengan seorang pemuda berasal dari negeri India bernama Abdullah bin Hasan Almalibary.
Dari hasil persahabatan mereka, maka Abdullah diajaklah berkunjung ke kampung halaman Ahmad di desa Lebaksiu kidul kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Abdullah berkenalan dengan adik perempuan Ahmad yang bernama Masni binti Kyai Abdul Karim.
Kemudian Abdullah mempersunting Masni adik perempuan Ahmad pada tahun 1935. Abdullah atau biasa disebut Tuan Duloh adalah seorang saudagar/pengusaha pada zaman itu. Salah satu keahlian Abdullah adalah membuat makanan yang terbuat dari adonan terigu yang bernama Martabak.
Didalam kisah perjalanan Abdullah ini, dari beberapa narasumber baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup diantaranya : Abdul Wahid bin Kyai Abdul Karim 85 tahun, Mawardi bin Kyai Abdul Karim 80 tahun, H. Abdul Kadir Bayasut 80 tahun (keturunan Arab), H. Katikaren Abdul Kadir 80 tahun (keturunan India), dan beberapa tokoh-tokoh lainnya membenarkan kisah tersebut diatas.
Adalah suatu kenyataan bahwa martabak yang dibuat oleh Abdullah, sangat berbeda dengan martabak yang aslinya dari India.
.
Susunan Bahan Dasar Martabak Telor.
Adonan tepung terigu yang dibentuk bulat sebesar telur ayam, kemudian dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng. Setelah membentuk lingkaran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi dengan campuran telur, sayuran, irisan-irisan kecil daging yang telah dimasak dengan bumbu-bumbu. Kemudian digoreng, dan kemudian bisa langsung dihidangkan tanpa kare kambing/gulai.
Dialah salah satu diantar pemuda-pemuda India yang berhasil membuat perubahan atau modifikasi Martabak dari aslinya. Menurut narasumber hal ini disesuaikan dengan cita rasa maupun kebiasaan masyarakat di Indonesia khususnya di Tanah Jawa yang pada umumnya gemar makan sayur-sayuran dan tidak terlalu suka mengkonsumsi daging berlebihan. Itulah yang menjadi alasan utama mengapa modifikasi martabak itu terjadi.
Sampai sekarang ini, jenis Martabak telor yang beredar hampir diseluruh pelosok Indonesia, adalah merupakan hasil modifikasi dari yang aslinya.
Martabak terang bulan/martabak manis. Konon menurut kisah disebut terang bulan, karena bentuknya bulat seperti bulan purnama. Martabak manis ini dibuat dengan bahan-bahan dasar adonan tepug terigu, gula, telor, dan lain-lain. Dan dicetak dengan cetakan piring seng dengan ukuran kurang lebih 20 cm dan dipasang tangkai pipa besi. Dipanggang dan digoyangkan diatas bara api, arang kayu, maupun kompor minyak. Sering martabak terang bulan ini disebut juga martabak âgoyangâ. Isi atau bumbu-bumbunya adalah olesan mentega/margarine, susu, selai pepaya, selai nanas, meises, kacang dan lain-lain.
Pada sekitar tahun 1950-an, terjadilah modifikasi baik bentuk maupun ukuran dan rasa martabak manis. Cetakannya terbuat dari besi cor / cor perunggu,cor kuningan dengan ukuran 18/20 cm, 20/22 cm, 22/24 cm, 24/26 cm, 26/28 cm, 28/30 cm. Dengan isi atau bumbu-bumbunya adalah susu, kacang, keju, meises, wijen, kismis, durian, dan lain sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar